
Berawal dari perjalanan John Wood yang menelusuri pegunungan Himalaya selama 21 hari, sebuah liburan panjang setelah bekerja selama sembilan tahun di Microsoft. Pertemuannya dengan Pasupathi, seorang lelaki tua yang kira-kira berusia pertengahan lima puluh tahun, yang bertanggung jawab menemukan sumber-sumber daya bagi 17 sekolah di provinsi pedalaman Nepal, telah mengetuk hati John wood untuk bergabung bersamanya, mengunjungi sebuah sekolah di desa Bahundanda yang berjarak tiga jam dengan berjalan kaki, menaiki bukit-bukit curam. Sesampainya di sekolah itu, John Wood terpana melihat sebuah sekolah yang dipenuhi dengan 450 siswa tanpa buku, sedangkan menurutnya buku adalah sebuah kunci menuju masa depan yang lebih baik. Sejak saat itu, dia berjanji akan datang kembali ke Nepal terutama sekolah itu dengan membawa buku-buku.
Pikiran John.W. dipenuhi dengan berbagai cara untuk memenuhi perpustakaan sekolah yang telah dikunjunginya bersama Pasupathi dengan buku-buku. Lalu, pikiran itu meloncat terus menerus dengan riang dan gembira walau sesekali terdapat lubang yang membuatnya terkilir. John. W. kemudian menimbang-nimbang, untuk membuat perpustakaan yang tidak hanya satu tetapi puluhan, ratus, bahkan ribuan. Dia menginginkan bahwa seluruh anak-anak di Nepal dapat membaca untuk memenuhi rasa haus mereka akan pengetahuan, seperti dirinya sewaktu kecil yang melahap habis setiap buku.
Proyek perpustakaan, dimulai setelah delapan belas hari perjalanan kaki. John Wood, mengirimkan e-mail kepada teman-temannya yang kemudian akan menjadi surat berantai, berisi mengajak seluruh orang-orang untuk menyumbangkan buku-buku yang cocok untuk dibaca anak-anak. Tak disangka olehnya, e-mail yang dikirim kepada teman-temannya telah menghasilkan ribuan buku di garasi ayahnya, yang ditempati sebagai tempat penampungan buku-buku yang kemudian akan dikirim ke Nepal.
Pengiriman buku-buku itu dimulai oleh John Wood sendiri besama Ayahnya ke Nepal. Dengan bantuan kereta Keledai, buku-buku itu dapat sampai ke puncak, tempat sekolah yang dulu dikunjunginya berdiri. Saat mereka muncul bersama buku-buku tersebut, anak-anak berlarian menyambut mereka dengan riang gembira. Itu adalah hari yang menakjubkan bagi John.W.
John Wood, tidak berhenti sampai di situ saja, dia terus mengembangkan proyeknya, yang kemudian bernama Room to Read, tidak hanya mengirimkan buku, tetapi membantu pembangunan perpustakaan, sekolah dan berbagai fasilitas yang mendukung pendidikan. Sebab, baginya pendidikan adalah hal yang utama dalam menciptakan masa depan anak-anak. Pengiriman dan bantuan tersebut, tidak hanya berlokasi di Nepal tetapi juga di berbagai negara seperti India, Sri Langka, Kamboja, Vietnam, Laos.
John Wood, dalam menjalankan Room to Read, menggunakan sistem yang disebut challange-grant, sistem ini mengajak seluruh masyarakat yang bermukim di sebuah sekolah yang membutuhkan perpustakaan, berpartisipasi dalam pengadaan perpustakaan tersebut. Mereka dapat membantu dalam bentuk sumbangan tenaga, bahan-bahan bangunan, uang, atau dalam bentuk apapun. Jadi, Room to Read ini tidak hanya memberikan tetapi juga memberdayakan.
Membaca buku ini, tidak hanya memberikan sebuah pengalaman hidup yang dialami oleh John Wood, tetapi juga mengajak kita untuk melihat dunia, anak-anak, dan buku. John Wood juga membagi ilmunya tentang cara sukses membangun sebuah organisasi. Selain itu, juga memberikan semangat kepada pembacanya untuk selalu berpikir positif dan fokus pada apa yang diinginkan, bukan pada apa yang tidak diinginkan (Rhonda Byrne, the secret). John, menularkan pemikirannya yang positif juga semangat juangnya pada apa yang dia inginkan, hal ini salah satunya terbukti pada halaman 87 paragraf ke tiga “saya harus membebaskan diri saya sendiri dari rintangan apa pun yang akan menghalangi saya mengejar impian-impian ini.” Tak henti-hentinya John. W. didera dengan berbagai masalah terutama masalah mendapatkan donatur untuk mendanai program-program yang dibuat, tetapi dengan pikiran positif dan tindakan yang cepat, John akhirnya mendapatkan apa yang dia inginkan. Donatur dari berbagai belahan dunia berdatangan lewat e-mail, telepon, dan cara-cara lainnya yang tak disangka-sangka. Kini, John telah berhasil mendirikan ribuan perpustakaan di Asia juga di Afrika.
Resensi oleh: Alifiah (Source: nuralifiah.blogspot.com)
Judul buku: Leaving Microsoft To Change The World
Penulis: John Wood (Mantan Eksekutif di Microsoft)
Penerbit: Bentang
Tebal Halaman: 367
Tidak ada komentar:
Posting Komentar